Sabtu, 06 September 2014

Kategorisasi

Minggu pagi. Ibu bilang hari ini saya boleh bangun siang, tapi Ibu terus saja saya diajak bicara dari pagi. Akhirnya saya bangun setengah siang. Cukup siang untuk disebut pagi dan belum terlaĺu siang untuk memulai aktivitas.
Saya duduk di ruang tamu. Agak malas beraktivitas di kamar. Membawa buku, white coffee, selondok dan Rich**se Nabati. Semalam, sambil nonton Mahabharata dan sehabis menjawab pertanyaan tentang kapan merit, saya juga mengkonsumsi snack macam wafer berbungkus kuning ini. Rasanya enak. Saya suka. Tidak terlalu manis dan kejunya berasa. Ini bukan iklan. Hanya reportase.
Mendadak, penjual sayur langganan masuk ke rumah. Saya segera mengusung barang-barang saya ke meja lain sambil mempersilahkannya duduk. Ibu itu berkomentar kalau makanan saya seperti anak-anak. Saya hanya berkilah kalau saya menyukai makanan ini. Tidak saya bilang kalau rasanya pas buat lidah saya dan cocok untuk teman galau. Juga tidak saya katakan, saya hanya menghabiskan sisa cemilan Lebaran. Bukan sengaja membelinya juga.
Saya jadi ingat Celoteh Soleh Solihun yang berjudul If It's Too Loud Then You're Too Old. #Oh iya, saya pengin nulis ringkasan singkat buku ini kapan-kapan#. Katanya pertanda seseorang sudah tua, salah satunya adalah dengan mendengarkan musik rock. Kalau saat mendengarnya Anda merasa kebisingan, artinya Anda sudah menua. Saya bisa memahaminya. Hanya saja, berarti saya sudah tua dari lahir ya. Sebab dari yang bisa saya ingat, saya tidak pernah suka musik live pada acara Tujuh Belasan karena membikin jantung saya berdebar tiap mendengar sound system yang berdentum-dentum itu. Saya selalu lebih suka musik oldiest yang kalem. Padahal saya orang yang rame.
Back to my living room, sambil menulis tulisan ini, saya terus saja penasaran, bagaimana sebuah makanan dihubungkan dengan usia. Walaupun memang dalam acara chef-chef di tivi yang belakangan marak itu, saya banyak mendengar "buatkan makanan untuk anak-anak." Dimana artinya tentu ada makanan untuk anak-anak. Ya, itu pasti. Apalagi kalau mereka belum punya gigi. Ada kadar nutrisi dan lain-lain yang dijadikan pertimbangan. Tapi penggemar Rech**se mestinya sudah punya gigi, atau sudah pernah punya gigi. Jadi dalam level nutrisi mestinya sama. Lalu kenapa mesti dikatakan kalau ini makanan anak-anak sedangkan saya yang masa kecilnya sudah lama lewat juga menyukainya. Apa nanti saya akan dikategorikan masih belum bisa move on dari masa kecil? Bahwa saya deep down still a baby? Ah, tidak juga. Beneran, tidak betul itu. Walau tidak bijak, tapi saya yakin saya juga tidak demikian.
Saya jadi ingat pada masa kelas 1 SMA. Waktu itu depan rumah masih sawah menghampar. Belum ladang tebu. Saya, bersama teman-teman, kebanyakan laki-laki, suka bermain layang-layang . Duduk di samping kolam, di bawah rimbunan daun pisang, atau berlari mengejar angin, sambil memainkan layang-layang. Melihat layang-layang yang bermain dengan tegar melawan angin dan bergerak seirama dengan tarikan benang di tangan saya, seperti melihat pendekar Kung Fu dengan sangarnya. Saya jadi ikut merasa keren. Kalaupun tidak demikian, duduk di tempat yang berangin di tengah sawah sambil main layang-layang kelihatan lebih normal daripada sekedar duduk bengong. Bau padi itu teman, bau kehidupan. Ada aroma segar alam dan bau kecut orang-orang yang mencoba bertahan hidup.
Seorang tetangga yang lewat mendadak berseloroh, "Anak perempuan kok main layang-layang?" Nah lho. Apa korelasi layang-layang dengan gender coba. Saya hanya melongo. Tidak menjawab. Tidak protes juga. Hanya penasaran tidak berkesudahan sampai sekarang.
Kadang, saya pikir, orang-orang terlalu naif mengkategorikan sesuatu. Walaupun saya bisa memahami bagaimana pola pikir tersebut muncul, tapi tetap sulit untuk menerimanya mentah-mentah. Orang cenderung sesukanya mengkaitkan suatu fenomena dengan hal lain yang mungkin tidak saling terhubung. Mainan laki-laki, mainan perempuan. Makanan anak-anak, makanan orang tua. Makanan orang ndeso, makanan orang modern. Walaupun memang persepsi berkorelasi juga dengan memori dan cerminan diri, tapi tidakkah terlalu kejam untuk semata menjadikannya referensi, tanpa melihat gambaran besarnya?
Ah, sudahlah. Kalau saya berkeluh kesah terlalu lama, akan dikira juga saya ini anak kecil yang sedang merajuk.

Jumat, 16 Mei 2014

Berani Membuat Keputusan yang Tepat dan Cepat

Secara bersinergi (barengan maksudnya) saya liat Kick Andy dan nonton Drama Korea berjudul Jang Ok Jung Living Jn Love. Agak susah juga membagi perhatian dan minat. Toh, saya lumayan berhasil mengambil sedikit-sedikit dari keduanya.
Walaupun berbeda, kedua tayangan ini punya kemiripan. Yaitu keputusan yanbgbenar. Mereka yang diwawancarai Andy F Noya secara cepat dan tepat memutuskan untuk memulai bisnis mereka. Termasuk jenis bisnis dan cara pemasarannya. Sedangkan Jang Ok Jung memutuskan dengan segenap hati, bahwa dia akan melakukan segalanya agar bisa berada di dekat pria yang dia cintai. Segalanya itu termasuk memperoleh kekuasaan dan mempergunakannya untuk bertahan. Dalam film lain saya pernah membaca kalau Jang Ok Jung ini adalah tokoh oposisi. Yaitu si penjahat yang punya banyak rencana licik untuk merebut kekuasaan dari Permaisuri. Hingga pelayan itupun benar menjadi Permaisuri. Tapi dalam drama ini, Jang adalan sang korban. Dari menjadi orang yang dianiaya, Jang berubah menjadi wanita yang memiliki minat untuk menghancurkan mereka yang pernah menginjaknya dulu.
Jadi berfikir, sebenarnya abcd keadaan adalah fakta. Semua orang bisa mengalaminya. Tapi tidak semua menyikapinya dengan cara sama. Tidak jarang yang kabur dari keadaan. Atau memusuhi keadaan dan menyalahkan takdir. Hanya sedikit yang mampu membuat keputusan tepat, cepat dan berani untuk tidak menjadikan kondisi yang ada sebagai penghalang kemajuan. Atau bahkan menjadikannya sarana untuk maju.
Saya sendiri? Hehe... malu saya.... Baru bisa beropini doang. Masih terlalu suka membikin alasan ;P

Rabu, 14 Mei 2014

Pengin Nymph Volumer

Belakangan saya suka sekali buka Get It Beauty di www.youtube.com. Sukaaa liat rias-rias yang sederhana dan tidak terlalu rumit. Juga menghasilkan riasan yang alami. Kayak artis-artis Korea yang berasa tidak pakai make up itu.
Nontonnya sih tidak bahaya tapi akibat dari nonton itu yang bikin kantong berabe. Masalahnya saya terus kepingin beli make up ini itu.
Jadilah saya pergi ke Etude. Nyari Nymph Volumer. Agak kaget karena harganya Rp 478.000. Padahal sebelumnya saya search di web Etude Indonesia lagi ada promo, untuk pembelian sampai nominal tertentu, harganya cuma Rp 180.000. Saya putar badan. Dengan tester, saya sempat nyobain dikit di tangan.
Berulang kali saya liat tangan saya untuk bandingin yang pakai itu dan tidak pakai. Berharap saya bisa nyoba di muka pas mau dandan. Liat, panas atau tidak, cocok tidak dengan kulit sensitif saya. Berulang kali juga saya menyayangkan karena Etude tidak menyediakan sample yang bisa dibawa pulang. Kalau ada sample kan saya bisa pakai dalam jumlah sedikit dulu, nanti setelah saya pakai dan ternyata cocok kan tidak masalah juga beli semahal itu (masalah sih sebenarnya..coba lebih murah...hiks). Di The Body Shop kan saya gitu, coba dulu. Kalau cocok di kulit dan manfaatnya sebanding, baru beli. Jadi saat beli pun berasa lebih ikhlas dan mantap. Karena tahu benar yang diinginkan.

Selasa, 13 Mei 2014

Minum Obat Batuk

Dalam botol obat batuk terdapat peringatan: dapat menyebabkan kantuk. Ada juga anjuran untuk jangan minum sewaktu akan naik kendaraan sendiri. Biasanya saya menurut.
Akan tetapi, tidak jarang juga mekat.
Hanya, hari ini saya kapok juga. Masalahnya tadi pas naik motor saya merasa mengantuk luar biasa. Sempat juga hampir tidur di jalan. Sampai selama sedetik kehilangan kendali. Bener kaget sekali habis itu. Kapok juga. Jangan-jangan lagi deh... ihhh... berbahaya.

Senin, 12 Mei 2014

Tivi di Masa Lalu

Zaman masih kecil dulu, tiap hari minggu ada telenovela berjudul Little Missy. Kalau tidak salah, pacarnya Rudolfo. Rudolfo ini gemar menyamar sebagai pria bertopeng. Dia menolong budak-budak.
Padahal ayah Rudolfo, adalah tuan tanah yang punya banyak budak. Monzerat namanya. Eh sebentar, itu Little Missy atau Rosalia ya? Waduh, kok  kacau balau ingatannya.
Dua-duanya sama-sama hiburan yang kami tunggu tiap hari Minggu. Karena pemilik tivi masih sedikit, para tetangga banyak yang berkumpul di rumahku untuk menonton. Menonton rame-rame begitu lebih menyenangkan. Bisa sambil gosip ataupun berkomentar. Jadi sebenarnya dengan peningkatan sosial ekonomi, di sisi lain, mengurangi interaksi antar tetangga.
Hmmm...

Minggu, 11 Mei 2014

Midnight Thougths

Hampir tengah malam. Gerah dan sepi. Hanya ada suara katak bersautan. Sayup-sayup ada suara gamelan.
Aku masih berkutat dengan sebuah harapan.

Jumat, 09 Mei 2014

Mesin Cuci

Terpengaruh film asing, terdesak kebutuhan, dan terdorong oleh kemalasan, saya memutuskan untuk 'live easier'. Yaitu dengan membeli mesin cuci. Duit saya ternyata cuma cukup buat beli mesin cuci dua tabung.
Awalnya lumayan. Kecuali saat mesin cuci bergoyang hebat hingga error sewaktu dipake mengeringkan baju. Masalah muncul saat katup pemutar yang patah. Satu patah hingga tidak bisa dipakai, disusul yang lain. Akhirnya tinggal satu. Yang satu ini dipake bergilir, sistem lepas pakai, untuk ngatur timer, nyuci, dan ngeringin. Lama-lama patah juga. Patah ini di semua sisi, sampai diputer ke semua sisi sudah nggak bisa.
Sebelumnya, saya pernah telpon ke service center dan toko peralatan, mencari katup itu. Tapi tidak ada. Sudah tidak keluar seri ini. Katup yang ada, tidak ada yang cocok.
Akhirnya saya terpaksa memutar mesin cuci dengan tang. Tahu kan tang yang dipake di pertukangan. Saking seringnya, hingga bapak sudah tau, bahwa kalau butuh tang, nyarinya di tempat mesin cuci. Bukan di bak perkakas.
:((

Galau

Saya lagi galau. Walapun saya tidak dapat secara pasti mendefinisikan arti kata galau itu.
Siapa juga mempopulerkannya hingga sekarang hisa jadi tenar.

Kamis, 08 Mei 2014

Wish me ;)

Someday, on a sunny day, I sit on a chair inside presidential plane. I just received an important reward and is gifted with chances sitting next to Mr. President in his plane.
Yes, I am happy to be here ;)

True Love

Setelah enam tahun menjanda, Ibu seorang teman akan menikah akhir bulan ini. Yang membuatku terkesan, bukan karena pernikahan di usia senja. Melainkan karena pernikahan ini terjadi dengan kisah yang amat dramatis. Yang bahkan film Korea saja akan mikir ratusan kali untuk menjadikannya cerita, sebab kisahnya terlalu sinetron.
Alkisah, si bapak duluuuu sekali naksir seorang cewek. Setelah lama memendam rasa, dia berniat untuk menyatakan. Sayang, doi kalah cepat. Cewek itu duluan nikah. Patah hati, bapak itu mundur teratur.
Berpuluh tahun kemudian, bapak itu melihat seorang anak cewek yang mirip sekali dengan pujaan hatinya dulu. Bertanyalah dia, dari mana asalnya. Mereka pun ngobrol. Hingga akhirnya anak cewek itu tahu kalau si bapak dulu kuliah di kampus yang sama dengan ibunya.
Suatu hari, saat dalam pembicaraan iseng santai dengan ibunya di Semarang, bapak itu menelpon karena ada perlu dengan bos anak cewek itu. Maka berceritalah gadis itu pada ibunya, kalau dia mengenal seseorang yang satu almamater dengan ibunya.
Ternyata, ibunya mengatakan kalau dia punya teman kuliah yang namanya sama dengan bapak itu. Berhubung nama bapak itu agak unik, gafis itu terdorong untuk mengkonfirmasi pada si bapak jika saja dia mengenal ibunya. Dan ternyata memang iya.
Beberapa bulan kemudian, istri si bapak meninggal karena sakit. Berbulan setelah itu, ibu si cewek mengundang si bapak untuk hadir pada acara reuni. Dari saat itulah, keduanya sering berkabar. Hingga akhirnya, bapak itu punya nyali untuk menyatakan perasaannya yang terpendam bertahun silam. Dan, tereng tereng...akhirnya kedua sejoli itu sepakat untuk membina mahligai rumah tangga.
Oh love, so divine. So wonderful. So amazing. Wish for the same great story for mine ;)

Selasa, 06 Mei 2014

Tentang Kaca

Kenapa kaca ditemukan? Karena manusia suka melihat dirinya sendiri. Karena manusia perlu melihat dirinya sendiri. Keduanya merupakan fakta. Keduanya merupakan kebutuhan dasar.
Kebutuhan menyukai diri sendiri. Kebutuhan melihat diri sendiri, menyukainya, dan berintrospeksi.
Kesemuanya diperlukan agar dapat menjadi sosok yang lebih baik. Agar dapat bersosialisasi dengan orang lain. Agar menghargai diri sendiri. Agar tidak besar kepala atau rendah hati.

Senin, 05 Mei 2014

Lampu-lampu

Saat take off dan landing tadi saya melongok ke jendela. Ini kedua kalinya saya naik pesawat di malam hari. Saya melihat barisan cahaya itu dan terpana. Indah sekali. Saya teringat pada bintang-bintang dan Star Wars ;)

Sabtu, 03 Mei 2014

Membuang Sampah Plastik a la Simbah

Simbah saya bukan bukan aktivis lingkungan. Tidak kenal green peace ataupu  kelompok hebat lain. Beliau hanya pria sederhana dari sebuah pelosok desa di Jawa Tengah yang menggantungkan hidupnya dan hidup keluarganya dari bertani, beternak, dan menjahit. Walaupun begitu, simbah kakung almarhum punya satu kebiasaan unik dalam hal membuang sampah plastik. Kebiasaan ini ditiru ibu saya. Dan entah kenapa juga acap saya lakukan.
Kebiasaan yang saya maksud adalah kebiasaan membentuk kulit sampah plastik menjadi bentuk seperti ini:


Dengan dibikin jadi bentuk ini, sampah jadi ringkas. Sehingga tidak makan tempat di pembuangan. Juga membikin lebih rapi.
Jadi, kalau lain waktu Anda melihat sampah plastik yang bentuknya begini, Anda boleh curiga kalau itu adalah hasil karya saya, ibu, ataupun saudara-saudara kami.
Walaupun tentunya, bukan tidak mungkin, simbah membikin ini karena meniru orang lain juga. Sehingga bentuk lipatan sederhana yang tidak punya hak cipta ini sebenarnya anonim saja pencipta pertamanya.

mbak GPS

Dalam perjalanan ke Jakarta, kami berlima semata-mata mengandalkan GPS (Global Positioning System) dan papan penunjuk jalan. Benar-benar mengandalkan alat ini untuk mencari rute Jogja - Jakarta dan alamat-alamat tujuan di Jakarta. Hebat sekali bukan? Cobalah kapan-kapan dan rasakan semua sensasi bingung, senang, dan kesalnya.
Bagaimana tidak, mbak-mbak yang setia ngasih petunjuk arah lewat speaker smart phones ini, seringnya baru bilang 'turn right' saat mobil sudah terlanjur di tengah jalan. Bayangkan kalau kondisi traffic sedang padat merayap di mana setiap inci mempengaruhi hasil tikungan mobil. Atau, saat di jalan layang yang semula lurus dan mendadak bercabang tiga. Sementara mbak-mbak GPSnya masih saja diam seribu bahasa.
Alhasil, beberapa kali kami sempat gambling pilih jalan. Berdasarkan nurani dan, kalau ada, papan penunjuk jalan.
Mbak-mbak GPSnya ya tetap saja kalem bilang 'turn right, straight forward atau turn left', tanpa merasa bersalah atau emosional karena pesannya tidak diterima dengan baik oleh komunikan. Bedakan jika dia adalah ibu, bapak, kakek, nenek, kakek, om, atau tante, pasti sudah disertai nada tinggi, "Gimana sih, disuruh belok kok malah lurus. Salahkan. Harus muter nih. Jauh! Rugi bensin dan waktu. Tidak efisien." Dan rentetan nasehat yang bukan tidak mungkin membikin driver kehilangan kesempatan belok di kesempatan berikutnya. Atau malah harus opname karena gangguan akut pendengaran ;P
Tempo hari kami membikin banyak guyon terkait hal ini. Membandingkan tipe sifat teman, jika dia yang menjadi pemandu GPS. Saya termasuk salah satu yang paling parah. Tidak saja karena akan berteriak super keras. Juga karena rentetan omelan ampuh saya ;P
Jadi, coba deh, kalau Anda orang hebat yang bisa bikin GPS ini ini lebih keren: bikin dia kasih nasehat lebih cepat. Atau kalau Anda seperti kami, sekedar pengguna, mari kita berdoa bersama kalau di tikungan selanjutnya mbak-mbak GPSnya tidak telat bicara.

Jumat, 02 Mei 2014

Ibukota

Duluuuu sekali, cita-cita saya adalah kerja di ibukota. Kayaknya kok keren sekali: dinamika usaha, kehidupan yang berdetak. Saya ingin sekali mengeksploitasi semaksimal mungkin potensi saya. Tapi, ibu tidak mengijinkan. Jadilah saya harus bertahan di Jogja.
Seiring waktu, pemikiran saya berkembang. Ibukota, entah mengapa dan bagaimana, telah kehilangan pesonanya. Saya justru makin cinta pada tempat tinggal saya yang istimewa ini. Dan jadilah saya sekarang, bergeleng-geleng melihat deretan orang yang berduyun ke ibukota.

Kamis, 01 Mei 2014

Jogjakyu

Pulang ke kotaku, ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat.
Ya, inilah Jogjaku. Love it ;)

Rabu, 30 April 2014

Imaji

Pernah saya mendengar bahwa gambaran imaji yang kita inginkanlah yang kita lihat. Misalnya saya sedang pergi ke Bali, maka semuanya akan menjadi tentang Bali: langit yang membentuk peta pulau, lantai kotak-kota hitam yang seperti kain, dan lain-lain.

Selasa, 29 April 2014

I used to have one or three dolls. I used to play with them sometimes. But I played with other sorts of dolls more often. Hand made dolls.
There are dolls made of coconut leaf ribs. The males and females are differentiate by their clothes made with paper, candy wrapper, and other similar interesting materials.
Theirs houses made by sands or soils. Cone shaped walls meant to be bamboo  joints walls (Java: gedheg). Square shaped are bricks walls.
This is how to make the dolls and how these dolls looks like.


Tentang Lelah

Bisa saja saya bilang, kalau saya capek sekali. Banyak sekali yang mesti saya selesaikan. Dan berjuta alasan bernada excuse lain.
Akan tetapi, saya merasa melakukan hal tersebut tidaklah bijak. Kenyataannya, ada orang-orang yang memiliki lebih banyak tanggungan yang bisa bekerja dengan lebih baik.
So, I say, I am not as I thought I am.

Senin, 28 April 2014

The Fear

Ada sesuatu tentang rasa takut yang berguna. Salah satunya bisa membuat kita lebih berhati-hati. Membuat kita menjadi lebih bermoral. Membuat kita lebih sopan. Itu, kalau adanya dalam porsi yang pas.
Akan tetapi, kalau muncul dalam porsi berlebih, rasa takut itu bisa menjadi momok. Bisa membuat manusia menjadi sosok yang sangat menakutkan.

Sabtu, 26 April 2014

Ca Kangkung a la Simbokku

Bahan:
-2 ikat kangkung
-3 siung bawang putih - digeprek
-1 sendok makan minyak goreng
-Garam secukupnya

Cara Memasak:
- Panaskan wajan, masukkan minyak goreng sampai panas
- Masukkan bawang putih sampai berwarna kecoklatan
- Masukkan kangkung
- Tambahkan garam dan air secukupnya
- Masak sampai matang


Jumat, 25 April 2014

The Old Times

Taking a walk surrounding my village lately made me realize what lost nowadays. No more fire flies at night, no more water buffalo dragging a plaw-turning muds on rice field upside down for better soil, not much children playing traditional games. Fire flies light lost by electricity, water buffalo replaced by tractors, and children games are now digital games. Somehow, I miss those.

Rabu, 23 April 2014

Konsistensi

Agak susah untuk menulis setiap hari. Rajin, konsisten dan bagus. Teliti serta informatif.
Hmmm...
Tapi saya tahu, saya mengenal orang yang secara konsisten melakukan hal-hal begini. Saya hanya bisa berusaha, melakukannya. Demi janji.
:(

Birds Songs

Matahari tenggelam, hari mulai malam.
Terdengar suara burung hantu, suaranya merdu.
Ku ku... ku ku suka kamu.

Duh, anehnya aku ini. Masih saja jantungku berdetak aneh karena dia.
Kasihan sekali.

Senin, 21 April 2014

Balcon View

This is the balcon morning view from 3rd floor. Wondering...what those steams are for:

This is the pool view from balcon. I wish I can swim. It looks so refreshing:


Someday, I would go here with my mom. ♡

Tembok yang Berkilau Gemilang

Tembok gedung yang berkilau membuat mata saya takjub. Jadi, saya pikir, saya suka cat semacam ini. Akan saya tanya orang, dimana bisa saya dapatkan.

Melihatnya, saya teringat film-film Kungfu. Entah kenapa. Saya seperti melihat seorang pendekar wanita naik kuda. Melihat pemandangan dan mengagumi kilauan cahaya matahari yang memandikan air sungai dengan kilau tidak terkira. Di kejauhan, kicau burung bersahutan. Perbatasan hutan dan pemukiman, seperti tapal batas sungai dan laut. Mencampur dua energi dan membuatnya menjadi bagian yang saling melengkapi.
Dunia yang terlihat dari tempat-tempat begini, sungguh indah.

Minggu, 20 April 2014

Resah

Aku adalah resah.
Nama lain harap yang hampir mengering.
Aku adalah resah.
Menyelinap pelan dan tanpa suara, tapi mampu menimbulkan kegaduhan dimana-mana.
Aku adalah resah.
Yang bertanya melalui mimpi terdalammu. Dan bernyanyi lewat senandung nina bobomu.
Aku adalah resah. Aku ada untuk membangunkan sadarmu. Aku ada untuk membuatmu mengerti tentang perlunya berpacu esok hari.
Aku adalah resah.
Aku sahabatmu. Aku juga musuhmu.

Sabtu, 19 April 2014

Coconut Tree Climber

My friend once told me that her foreigner guests were so amazed seeing a man climbing a coconut tree without any additional climbing devices. One of them even shouted happily saying, "Wow!"  And when the man who climbed the tree brought them fresh coconut water, they asked him, "Where did you learn that skill? Weren't you scared? Do you mind taking a picture with us?"
Those guests came to Indonesia few times before. Still, seeing a man climbing coconut tree without adequate protectors, amazed them. While we, Indonesians, especially who lives in villages, has seen this act many times. By habits, we're no longer consider this such amazing act as a wonderfull one.

Kamis, 17 April 2014

berPudding Camera

Ini adalah pemandangan depan rumah, yang saya ambil dengan  Pudding Camera dan saya gabung dengan Photo Grid: 

Tadi sempat juga browsing car info tentang pudding camera. Pengin masukin tautannya, tapi nggak tau, boleh apa nggak ya. Padahal menarik sekali. Nanti deh, habis baca ketentuan soal bikin tautan ke blog

Now

Agak susah membayangkan apa yang akan terjadi esok. Sulit juga untuk mengingat dengen jelas, apa yang telah terjadi kemarin. Karena itulah, baiknya kita sekedar fokus pada apa yang ada di depan mata saja dulu.

Rabu, 16 April 2014

The Legends

Dari kecil saya suka sekali sandiwara radio bertema silat. Mungkin karena saya sedari dulu agak tomboy. Atau karena terpengaruh lingkungan. Bagaimana tidak, semua orang mendengarkan sandiwara radio. Mulai dari pasar, kantin, hingga perumahan.
1. Saur Sepuh
Yang pertama saya dengarkan adalah Saur Sepuh. Kisahnya Brama Kumbara ini tidak saya mulai dari awal, jadi ada beberapa hal yang saya pertanyakan sampai sekarang. Misalnya:
- Bagaimana masa kecil Brama Kumbara sebenarnya;
- Bagaimana ibu Brama bisa menikah dengan ayah Mantili;
- Bagaimana hubungan Brama dengan Lasmini yang  sesungguhnya
Dan masih banyak lagi....
Walaupun hasil googling ada, tapi tetap saja informasinya tidak semenyeluruh kalau mendengarkan sendiri.
2. Misteri Gunung Merapi
Lagi-lagi saya tidak mendengarkan dari awal. Tahu-tahu Farida sudah jadi janda Mardian. Jadi saya tidak tahu bagaimana awal percintaan Sembara, kenapa Mak Lampir mengincar Farida, kenapa Farida menikahi Mardian, Bagaimana Mardian mati, siapa Rindi Antika, dan lain-lain. Lebih banyak lagi pertanyaan memenuhi benak saya karena saya inginnn sekali Farida dan Sembara menikah. Kayak semua cerita happily ever after itulah.
3. Tutur Tinular
Kalau yang ini saya mendengarkan dari episode 1. Sejak Arya Kamandanu masih pacaran sama Nari Ratih sampai akhirnya jadi duda ditinggal mati oleh Si Jurus Tangan Seribu (lupa namanya, tapi dubbernya Ivonne Rose).
Yang paling saya ingat dari serial ini adalah teriakan Arya Kamandanu "Meiiii Shiiinn!"
4. Babad Tanah Leluhur
Ini cerita tentang Anting Wulan dan Saka Palwaguna. Atau kisah Purbaya dengan Cempaka. Sepertinya Anting Wulan dan Saka lakon utamanya.
5. Legend of The Condors Heroes
Ini jelas BUKAN sandiwara radio. Tapi serial kungfu. Saya pertama melihatnya di RCTI, seri 19 atau 20 di season 1 LOCH 1983. Pemutarannya agak malam. Kalau tidak salah sekitar jam 11an. Saya sukaaaa sekali pada tokoh Oey Yong. Saya sedih sekali waktu dia diduga mati, terbunuh oleh Auw Yang Hong. Pernah juga saya menangis sungguhan karena listrik mati tepat saat penayangan serial ini. Duh, gemesssnya minta ampun.
Sejak ngefans itu, saya resmi melakukan perburuan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan LOCH. Saya baca versi novelnya. Juga melihat setiap produksi ulangnya, yang terakhir versi 1983.

Tahun-tahun berlalu. Sekarang belum ada lagi serial silat yang membuat minat saya seperti diikat dengan karet gelang rangkap sepuluh: molor tapi ketarik lagi. Makanya saya beralih minat pada serial drama dari negara Ginseng. Kadang saya menontonnya sampai terkantuk-kantuk dan berperang dengan capek serta kesibukan kantor. Saya menyengaja melakukannya. Saya ingin membuat diri saya bosan, sampai akhirnya bukan rasa penasaran yang mengendalikan saya, tapi sayalah yang mengendalikan keinginan saya. Dan untuk mencapai itu, saya mesti membuat diri saya bosan setengah mati. Saya berhasil: sekarang saya biasa saja terhadap serial-serial itu.
Eh, tapi kapan-kapan akan saya bagi drama Koreyah yang paling saya suka.
Sekarang, biarkan saya berfantasi dengan cerita silat dulu saja.

Selasa, 15 April 2014

Pudding di Bengkel

Hari ini saya terpaksa mbengkel. Mbenerin knalpot yang suaranya aneh dengan sedikit resah. Bapak bengkelnya baik banget, tiga kali dia bongkar pasang knalpotku. Biayanya cuma 20 ribu. Makasih ya Pak Montir. Jadi tambah yakin, dedikasi ditambah ketulusan sama dengan amal. Saya mendoakan kebaikan bapak itu memperoleh pahala setimpal. Amin...
Sambil nunggu bapaknya, mbenerin motor, saya iseng install kamera. Nemu satu yang agak lucu namanya: pudding camera. Agak bingung awalnya. Saya kira semacam kamera lomo. Eh, hasilnya ternyata lebih bagus dari yang saya kira.
Jadi kita tinggal pilih-pilih jenis kameranya. Ada yang fish eye, selectif focus, kamera dengan beberapa lensa (nggak tau namanya tapi mirip kayak bracket cuman angle kameranya beda-beda). Terus ada beberapa opsi film: hitam putih, efek warna (soft atau real color).
Ini salah satu contoh tampilannya. Saya suka yang kombinasi ini, karena saya jadi bisa lihat beberapa perspektif/komposisi dan filmnya. Berkesan art repro (hihihi..komentator amatir beropini).

 Recommendedlah. Alias layak dicuba. Have Fun.

Senin, 14 April 2014

Hujan dan Air

Seorang teman pernah mengatakan kalau dia suka sekali pada hujan. Bau tanah yang segar, katanya. Dia akan duduk dekat jendela dan menghirup nafas panjang. Seolah dia ingin memenuhi paru-parunya dengan kesegaran hujan.
Saya sendiri, biasa saja terhadap hujan. Sekedar air yang turun dari langit. Membasahi bumi dan memberikan harapqn kehidupan yang baru. Saya justru kagum pada air. Kadang penasaran pada usianya juga. Apakah air itu memiliki life cycle atau tidak. Apakah dia memiliki sistem regenerasi atau tidak. Apakah dia mempunyai sistem memori. Adakah dia ingat kalau telah membasuhku tempo hari. Adakah dia senang karena melihatku lagi.
Ah, aku konyol ya.

Minggu, 13 April 2014

Janji

Saat masih kecil saya adalah penggemar setia cerita silat. Mulai dari drama radio, buku, komik, hingga film. Entah kenapa, semua cerita itu seperti menjanjikan kebahagiaan berlebih. Saya selalu membayangkan  petualangan keren, alam raya, dan keberanian.
Mungkin, hobi itu, dan ajaran orang tua membuat saya begitu memegang teguh janji dan bertanggungjawab, merupakan suatu paket yang menjadikan diri saya sekarang. Dan, karena sudah terlanjur membuat janji menuliskan apapun dalam 100 hari ini, maka, saya akan berusaha untuk memenuhinya.
Semoga bisa ;)