Dari kecil saya suka sekali sandiwara radio bertema silat. Mungkin karena saya sedari dulu agak tomboy. Atau karena terpengaruh lingkungan. Bagaimana tidak, semua orang mendengarkan sandiwara radio. Mulai dari pasar, kantin, hingga perumahan.
1. Saur Sepuh
Yang pertama saya dengarkan adalah Saur Sepuh. Kisahnya Brama Kumbara ini tidak saya mulai dari awal, jadi ada beberapa hal yang saya pertanyakan sampai sekarang. Misalnya:
- Bagaimana masa kecil Brama Kumbara sebenarnya;
- Bagaimana ibu Brama bisa menikah dengan ayah Mantili;
- Bagaimana hubungan Brama dengan Lasmini yang sesungguhnya
Dan masih banyak lagi....
Walaupun hasil googling ada, tapi tetap saja informasinya tidak semenyeluruh kalau mendengarkan sendiri.
2. Misteri Gunung Merapi
Lagi-lagi saya tidak mendengarkan dari awal. Tahu-tahu Farida sudah jadi janda Mardian. Jadi saya tidak tahu bagaimana awal percintaan Sembara, kenapa Mak Lampir mengincar Farida, kenapa Farida menikahi Mardian, Bagaimana Mardian mati, siapa Rindi Antika, dan lain-lain. Lebih banyak lagi pertanyaan memenuhi benak saya karena saya inginnn sekali Farida dan Sembara menikah. Kayak semua cerita happily ever after itulah.
3. Tutur Tinular
Kalau yang ini saya mendengarkan dari episode 1. Sejak Arya Kamandanu masih pacaran sama Nari Ratih sampai akhirnya jadi duda ditinggal mati oleh Si Jurus Tangan Seribu (lupa namanya, tapi dubbernya Ivonne Rose).
Yang paling saya ingat dari serial ini adalah teriakan Arya Kamandanu "Meiiii Shiiinn!"
4. Babad Tanah Leluhur
Ini cerita tentang Anting Wulan dan Saka Palwaguna. Atau kisah Purbaya dengan Cempaka. Sepertinya Anting Wulan dan Saka lakon utamanya.
5. Legend of The Condors Heroes
Ini jelas BUKAN sandiwara radio. Tapi serial kungfu. Saya pertama melihatnya di RCTI, seri 19 atau 20 di season 1 LOCH 1983. Pemutarannya agak malam. Kalau tidak salah sekitar jam 11an. Saya sukaaaa sekali pada tokoh Oey Yong. Saya sedih sekali waktu dia diduga mati, terbunuh oleh Auw Yang Hong. Pernah juga saya menangis sungguhan karena listrik mati tepat saat penayangan serial ini. Duh, gemesssnya minta ampun.
Sejak ngefans itu, saya resmi melakukan perburuan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan LOCH. Saya baca versi novelnya. Juga melihat setiap produksi ulangnya, yang terakhir versi 1983.
Tahun-tahun berlalu. Sekarang belum ada lagi serial silat yang membuat minat saya seperti diikat dengan karet gelang rangkap sepuluh: molor tapi ketarik lagi. Makanya saya beralih minat pada serial drama dari negara Ginseng. Kadang saya menontonnya sampai terkantuk-kantuk dan berperang dengan capek serta kesibukan kantor. Saya menyengaja melakukannya. Saya ingin membuat diri saya bosan, sampai akhirnya bukan rasa penasaran yang mengendalikan saya, tapi sayalah yang mengendalikan keinginan saya. Dan untuk mencapai itu, saya mesti membuat diri saya bosan setengah mati. Saya berhasil: sekarang saya biasa saja terhadap serial-serial itu.
Eh, tapi kapan-kapan akan saya bagi drama Koreyah yang paling saya suka.
Sekarang, biarkan saya berfantasi dengan cerita silat dulu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar