Dalam perjalanan ke Jakarta, kami berlima semata-mata mengandalkan GPS (Global Positioning System) dan papan penunjuk jalan. Benar-benar mengandalkan alat ini untuk mencari rute Jogja - Jakarta dan alamat-alamat tujuan di Jakarta. Hebat sekali bukan? Cobalah kapan-kapan dan rasakan semua sensasi bingung, senang, dan kesalnya.
Bagaimana tidak, mbak-mbak yang setia ngasih petunjuk arah lewat speaker smart phones ini, seringnya baru bilang 'turn right' saat mobil sudah terlanjur di tengah jalan. Bayangkan kalau kondisi traffic sedang padat merayap di mana setiap inci mempengaruhi hasil tikungan mobil. Atau, saat di jalan layang yang semula lurus dan mendadak bercabang tiga. Sementara mbak-mbak GPSnya masih saja diam seribu bahasa.
Alhasil, beberapa kali kami sempat gambling pilih jalan. Berdasarkan nurani dan, kalau ada, papan penunjuk jalan.
Mbak-mbak GPSnya ya tetap saja kalem bilang 'turn right, straight forward atau turn left', tanpa merasa bersalah atau emosional karena pesannya tidak diterima dengan baik oleh komunikan. Bedakan jika dia adalah ibu, bapak, kakek, nenek, kakek, om, atau tante, pasti sudah disertai nada tinggi, "Gimana sih, disuruh belok kok malah lurus. Salahkan. Harus muter nih. Jauh! Rugi bensin dan waktu. Tidak efisien." Dan rentetan nasehat yang bukan tidak mungkin membikin driver kehilangan kesempatan belok di kesempatan berikutnya. Atau malah harus opname karena gangguan akut pendengaran ;P
Tempo hari kami membikin banyak guyon terkait hal ini. Membandingkan tipe sifat teman, jika dia yang menjadi pemandu GPS. Saya termasuk salah satu yang paling parah. Tidak saja karena akan berteriak super keras. Juga karena rentetan omelan ampuh saya ;P
Jadi, coba deh, kalau Anda orang hebat yang bisa bikin GPS ini ini lebih keren: bikin dia kasih nasehat lebih cepat. Atau kalau Anda seperti kami, sekedar pengguna, mari kita berdoa bersama kalau di tikungan selanjutnya mbak-mbak GPSnya tidak telat bicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar